foto/ilustrasi |
Perjalanan
hidup dalam kehidupan, selalu terasa kerasnya yang aku rasakan dalam
hidup ku, sejak aku dilahirkan hingga saat dibangku study SMP,
kehidupan aku selalu baik atau polos dalam perjalanan hidup saat itu.
Namun seketika aku melangka ke jejak pendidikan tingkat Atas SMA,
mulailah terasa kerasnya kehidupan yang telah aku alami, hingga dalam
kehidupan itu aku tak pantang mundur melawan untuk melewati kerasnya
kehidupan itu.
Awal
aku beranjak dari Tanah Air Papua ke tanah Rantau jawa surabaya,
untuk menuntut Ilmu aku merasa bangga karena kedua orang tua ku
melepaskan aku pergi tanpa berat hati, sehingga dalam perjalanan
menujuh surabaya selalu baik hingga aku tiba. Namun beberapa hari aku
beradaptasi dengan keadaan kotanya metropolitan dan alam yang bedah.
Setelah
dua minggu kemudian aku berangkat untuk mendaftarkan diri di sebuah
campus yaitu: Instituti Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) dengan
jurusan Teknik Lingkunggan, dan aku diterimah sebagai mahasiswa
tetapi setelah Dua minggu kemudia mengikuti matrikulas dalam
seminggu.
Seusai
matrikulasi kami di berikan waktu Dua minggu untuk mempersiapkan
persiapan-persiapan alat Orientasi Mahasiswa/i, sehingga dalam
beberapa hari persiapan-persiapan tersebuat aku meyiapkan, namun
dalam Dua minggu itu pun aku belum jauh beradaptasi dengan
lingkunggannya, tetapi aku sangat bersyukur karena Orang Tua atau
Kaka aku saat itu Kaka ONES MADAI Ia banyak mengenali aku di
tempat-tempat keramaian yakni berupa; Gramedia, toko-toko buku dan
pula tempat-tempat wisata seperti taman bungkul dll. Sehingga dalam
tiga minggu itu sedikit adaptasi secara lingkungan sudah sedikit bisa
mengenalnya.
Tiga
minggu terlewati saatnya pertempuran Masa Orientasi Mulai, saat awal
aku beranjak memakai Baju putih berdasi dan mengenakan almamater
kampus berwarna biru hingga jelana hitam dengan sepatu hitam awal
pertama mulainya Masa Orientasi. Setibah pagi buta dikampus ITATS,
terlihat banyak mahasiswa/i baru yang tak dikenal dari berbagai
daerah, yaitu, Papua, NTT, NTB Kalimatan, Sulaweisi, ambon, manado,
maluku dan dari semua daerah di Indonesia.
Pagi
itu terlihat indah, sampai kami salam-salaman mengenali satu sama
lain antara laki-laki bhakan perempuan. Masa orientasi tersebut aku
lalui dengan baik tanpa hal-hal yang tidak teringinkan dalam seminggu
itu.
Awal
mulai perkuliaan aku sangat bangga jika bisa berteman dan menemukan
teman-teman dari berbagai daerah dalam satu jurusan yaitu Teknik
Lingkunggan. Perkuliaan aku berjalan dengan baik dalam semester I,
II, III dan IV. Namun mulai masuk semester V terasa dalam dunia
perkuliaan mulai menurun, sehingga saat itu aku tak sadar melewati
kerasnya cobaan kehidupan ini, namun akhir semeter V aku memutuskan
Cuty agar harus pulang ke Papua dengan tujuan berdoa untuk kembali
berdamai dengan alam bhakan teman pengara (Ipuwee), maka
setelah itu aku pun kembali ke kota study ku surabaya, dalam perjalan pulang keinginan kulia
semakin ternyala, lalu tibah di surabaya mulailah keinginan kulia tidak ada lagi. Maka selalu aku bertanya-tanya
apa akibat sehingga keinginan untuk kulia ini tidak ada lagi..?
tetapi aku yakin keras kehidupan ini pasti kita terus dan terus
hadapi, karena itulah ujian terbesar bagi aku untuk melewatinya.
Kini
penyebabnya sudah terduga bhawa: penjelmahan manusia buatan iblis itu
bisa menguasaan dan mematikan keinginan seseorang untuk memutuskan
keinginannya, agar seseorang tersebut tidak melanjutkan perjuangan
dalam hal: “perkuliaannya, semangat perjuangan atau harapan yang di
cita-cita oleh seseorang” namun dengan kuasa kegelapan yang
dimilikiNya, sehingga mematikan atau membosankan semangat seseorang
agar dalam perjuangan mencapai harapan dan cita-citaNya terhambat.
Penulis,
Stepanus Pigai
Jogja,
18/04/2015
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !