TEMPO.CO, Malang - Sebanyak 50 pemuda yang tergabung dalam Solidaritas Indonesia Dukung NKRI (Solid NKRI) berunjuk rasa di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang. Mereka meneguhkan semangat persatuan dan menolak Kemerdekaan Papua.
"Kami mengecam aksi Aliansi Mahasiswa Papua yang menuntut referendum," kata juru bicara aksi Agus Yudi Susanto, Kamis, 20 Agustus 2015.
Para pemuda yang mengaku berasal dari Pemuda Pancasila, Front Pembela Islam, dan Forum Komunikasi Putra putri Purnawirawan Indonesia ini menilai aksi mahasiswa Papua sebagai tindakan makar. "Papua tetap bagian dari NKRI," ucap Agus.
Gerakan pemuda Papua yang berbasis di kampus, kata Agus, telah merusak suasana kerukunan dan persaudaraan di Kota Malang. Para pemuda menolak aksi mahasiswa yang melakukan gerakan makar dari Malang. "Jangan sampai ada kekerasan fisik. Kita ingin Malang tetap kondusif."
Untuk itu, mereka menuntut Presiden Joko Widodo untuk mencegah aksi-aksi pendukung Papua merdeka. Tujuannya adalah agar bibit separatis tak berkembang dan mengancam keutuhan NKRI.
"Bubarkan Aliansi Mahasiswa Papua," ujar anggota FKPPI Achmad Shodiq. Ia menuntut polisi dan aparat keamanan turun tangan untuk mencegah bibit perpecahan seperti Aliansi Mahasiswa Papua (AMP).
Selama setahun terakhir tercatat AMP melakukan tiga kali aksi unjuk rasa. Mereka menyerukan kemerdekaan Papua setelah Konferensi Tingkat Tinggi Melanesian Spearhead Group mengakui keanggotaan United Liberalition Movement for West Papua (ULMWP) sebagai perwakilan Papua.
Mereka mengklaim didukung seribuan mahasiswa Papua di Malang yang mendukung kemerdekaan West Papua. Dalam aksinya, mereka membawa poster bertulis "West Papua Back to Family", "Stop Pemusnahan Etnis Melanesia", "West Papua for MSG", "TNI Polri Stop Diskriminasi dan Intimidasi", "Segera Buka Akses Jurnalis Internasional."
Sumber: http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/21/058693782/pemuda-malang-tolak-gerakan-papua-merdeka
EKO WIDIANTO
Koo jangan Gila Papua pasti akan merdeka dan, AMP terus berjuang sampai Papua Merdeka.
BalasHapus