Kedudukan
Filsafat dalam Pengembangan Pikiran, Pengetahuan, dan Ilmu.
Mahasiswa
memahami hakikat filsafat sebagai ibu yang mengandung, melahirkan, mengasuh,
dan mendewasakan ilmu.
Filsafat telah menunjukkan supremasinya dalam pentas
pemikiran dan keilmuan dunia sebagai “IBU
ILMU” (the mother of sciences). Sebagai
ibu, filsafat telah menunjukkan diri sebagai kekuatan yang mengandung
benih-benih pemikiran keilmuan, melahir dan menyusui bayi ilmu, dan terus
membina perkembangan ilmu menjadi cabang dan ranting-ranting keilmuan, serta
mendewasakan ilmu sebagai ilmu yang otonom dan mandiri.
1.
Filsafat sebagai ibu yang mengandung
benih-benih pemikiran keilmuan, mengandaikan bahwa filsafat sebagai ilmu berpikir
selalu mengembangkan gagasan-gagasannya, baik dalam alam kesadaran kritis
(rasio) maupun dalam pengalaman nyata untuk mencermati permasalahan lingkungan,
baik yang menyenangkan maupun yang mencemaskan. Pikiran-pikiran tersebut, tidak
dibiarkan berkelana tanpa arah, tetapi memelihara dan membinanya di dalam
kandungannya menjadi benih-benih pemikiran keilmuan. Filsafat terus membina
benih-benih pemikiran itu menjadi bayi keilmuan yang matang dan siap
diluncurkan (dilahirkan) dalam dunia keilmuan secara nyata.
2.
Sebagai ibu yang melahirkan bayi–bayi
ilmu, filsafat membidani sendiri proses kelahiran bayi ilmu dari kandungannya,
sehingga membentuk cabang-cabang dan ranting keilmuan baru yang bersifat
khusus. Filsafat, dalam hal ini, tidak ingin mati dengan fosil-fosil pemikiran
yang hanya bersifat hantu khayalan. Filsafat berusaha membedah dan melahirkan
atau meluncurkannya dalam kesegaran pemikiran keilmuan yang mempengaruhi
sejarah keilmuan dan menyumbang bagi tugas kebudayaan. Filsafat memiliki
hubungan bathiniah dengan ilmu sebagai hubungan ibu kandung dan anak kandung
yang sah dalam sebuah tanah air manusia sebagai makhluk berpikir (Homo
Sapiens).
3.
Sebagai ibu kandung yang menyusui ilmu,
filsafat memberikan gizi pemikiran dalam berbagai proses diskursus dan
ujian-ujian kritis, dengan cara melakukan kritik, koreksi, dan penyempurnaan
yang membangun dan menumbuhkan taraf kamatangannya sebagai ilmu-ilmu atau
cabang dan ranting keilmuan yang mandiri. Filsafat, karena itu, tidak akan
memperlakukan ilmu sebagai budak penguasaan filsafat, tetapi mendorong proses
pertumbuhan dan perkembangan ilmu secara otonom. Filsafat berusaha membangun
diskursus-diskursus keilmuan, membuka dan membentangkan penemuan-penemuannya
dalam bentuk ilmu baru untuk diuji, baik dalam proses uji logis (pola
penalaran), uji material (materi pemikiran), serta uji metode, guna ferifikasi
dan validasi keilmuan secara kritis dan terbuka.
Bahkan, filsafat berperan pula sebagai ibu menyusui, mengasuh, dan mengasah pertumbuhan serta ketajaman ilmu dalam sebuah proses komunikasi antar ilmu dan lintas ilmu. Melalui itu, ilmu atau kegiatan keilmuan dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat, sehingga terhindar dari bahaya sesat pikir, keliru pikir, atau salah pikir.
Bahkan, filsafat berperan pula sebagai ibu menyusui, mengasuh, dan mengasah pertumbuhan serta ketajaman ilmu dalam sebuah proses komunikasi antar ilmu dan lintas ilmu. Melalui itu, ilmu atau kegiatan keilmuan dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat, sehingga terhindar dari bahaya sesat pikir, keliru pikir, atau salah pikir.
Oleh; Natalis Pigai
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !